Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

DAMPAK COVID 19 TERHADAP SEKTOR PERIKANAN

Gambar
            Dalam beberapa minggu kebelakang mungkin kita sedang mengalami masa “di rumah aja” yang diakibatkan oleh pandemi Covid 19.   Pandemi Covid 19 secara tidak langsung menjadikan kita berhenti berinteraksi di luar bersama teman, guru, dosen bahkan pacar.   Kondisi sekarang membuat beberapa dari kita kumpul dengan keluarga karena seperti kata pepatah “Keluarga adalah rumah pertama” maka setelah terjadinya Pandemi yang mencekik segala aktivitas, kita kembali ke rumah pertama. Ataupun nasib buruk kita tidak sama sekali kembali ke keluarga karena perintah Bapak Joko Widodo yang tertuang dalam PP No 1 Tahun 2020 melarang adanya mudik, bukan pulang kampung karena hal itu berbeda menurut Bapak Presiden tercinta kita.   Dengan segala keterbatasan aktivitas sosial akibat adanya pandemi ini membuat kita merasa jenuh, namun diuntungkannya kita sudah berada di Era Industri 4.0 dimana jarak tidak membatasi kita untuk berinteraksi.   Walaupun tidak menghilangkan seluruh   kejenuhan y

Puisi "Asa yang terkubur dalam lubang setan"

Pagi buta malam gulita Berjudi dengan alam Demi atma menang taruhan Lara memang Tak apa asal nasi tersaji di pangkuan Keringat berjatuhan layaknya daun pada musim semi Meranggas meminta tuk dikebumikan Apa daya hakikat yang bergantung pada hasil bumi Jika setengah nadi masih sulit mengalir Makin hari makin kusut Irigasi tersendat Jaring tersangkut Mereka semakin carut marut Lantaran uang datang seperti siput Toko beras itu dihujani surplus Harga selalu bersaing Tetap saja yang berjuang masih terasing Pilu memang Tak apa asal langit masih ditutup atap Salah siapa? Tanyakan saja pada boots yang tersenyum Saat mereka menagih haknya Salah siapa? Tanyakan saja pada konotasi tikus itu Menggerogot rakus tanpa sisa Hasil bumi mereka makanan kami Tapi tanggung jawab mereka bukan tanggung jawab kami Sungguh naas "Sekolahlah yang tinggi biar tidak seperti kami, serabutan kerjanya" ujar petani Lalu habis itu "dihajar" oleh orang yang berpen

Puisi "Refleksi Membangun Imajiner"

Sosial media menjadi ajang balapan Berlomba siapa yang paling senang Tidak ada yang tahu pasti Bahagiakah atau kontenkah? Narsistik mulai berkembang seolah bakat Menembus setiap ruang privasi Demi menghadirkan permainan sirkus pada publik yang semu Saling beradu memperjuangkan angka-angka pada gawai Membangun citra cinta cerita Citranya palsu Cintanya halu Ceritanya rancu Tak peduli, semua itu dibalik layar Yang penting bisa di post lalu bagikan di depan layar Pada akhirnya, Hanya ada dua pilihan Mengikuti atau keluar dari lintasan

Puisi "Pendewasaan"

Semakin dewasa semakin kusadari bahwa hidup itu keras Suatu adegan tersusun layaknya perlombaan yang kompetitif Siapa yang telat berlari pasti akan tertinggal dan kalah Cepat cepatlah mengacungkan tangan maka kau akan dipandang sisanya entah akan dipedulikan atau dibuang Dalam perjalanan hidup yang semakin berliku dan keras Kita disuguhkan dengan jatuh sejatuhnya angan dan impian Dan hanya bisa berharap kepada lembar baru yang menjadikannya kesempatan kedua Dengan lintasan jalan untuk menyusun masa depan yang tertutup oleh kabut semrawut akan pikiran dan pendapat orang lain Jika tidak berpendirian disebut lemah Jika tidak mendengarkan disebut tak tau arah Hidup memang semakin keras semua dituntut harus memiliki impian yang bahkan kita tidak tau mengapa kita disini