Puisi "Asa yang terkubur dalam lubang setan"

Pagi buta malam gulita
Berjudi dengan alam
Demi atma menang taruhan
Lara memang
Tak apa asal nasi tersaji di pangkuan

Keringat berjatuhan layaknya daun pada musim semi
Meranggas meminta tuk dikebumikan
Apa daya hakikat yang bergantung pada hasil bumi
Jika setengah nadi masih sulit mengalir

Makin hari makin kusut
Irigasi tersendat
Jaring tersangkut
Mereka semakin carut marut
Lantaran uang datang seperti siput

Toko beras itu dihujani surplus
Harga selalu bersaing
Tetap saja yang berjuang masih terasing
Pilu memang
Tak apa asal langit masih ditutup atap

Salah siapa?
Tanyakan saja pada boots yang tersenyum
Saat mereka menagih haknya

Salah siapa?
Tanyakan saja pada konotasi tikus itu
Menggerogot rakus tanpa sisa

Hasil bumi mereka makanan kami
Tapi tanggung jawab mereka bukan tanggung jawab kami
Sungguh naas

"Sekolahlah yang tinggi biar tidak seperti kami, serabutan kerjanya" ujar petani

Lalu habis itu "dihajar" oleh orang yang berpendidikan tinggi.












Komentar

Sebatang Cerita Populer

Sosialisasi, Edukasi, dan Advokasi Masyarakat Sekitar Pertambangan Untuk Mengurangi Angka Korban Konflik dan Kerusakan Lingkungan dalam Penerapan UU Minerba 2020

Tantangan Kebijakan Penangkapan Terukur Kementrian Kelautan dan Perikanan 2022

Bersinergi Mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan Komunitas Mengajar di daerah 3T